Dewa Made Karang
Mahardika
Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Jaraknya cuma kisaran 80
kilometer dari Kota Medan. Kota tempat pelukis Pak Tino Sidin berasal
ini, menyimpan sejarah kelam saat meletusnya kerusuhan di tahun 1998
yang menjalar menjadi isu rasial. Ah, semoga saja itu semua cukup
menjadi pembelajaran dan kiranya traumatis sejarah itu dapat terobati
dengan mencicip kelezatan jajanan khas lemang dan kue kacang
rajawalinya.
Tak disangka-sangka, di kota perlintasan
lalu lalang transportasi antar provinsi ini, gemuruh grunge terdengar
hingga kota-kota dan provinsi-provinsi sekitarnya bahkan ke negeri
tetangga, Malaysia. Gejalanya terasa di kisaran 1996. Band-band lokal
sekira Nirvana dan Sonic Youth bermunculan. Stupid Zero menjadi salah
satu yang masih berdiri hingga kini. Mereka terbentuk hampir 15 tahun
yang lalu, atau tepatnya 10 Oktober 1997. Dengan meng-cover lagu-lagu
dari The Need dan varian Seattle Sound, band ini menjelajah panggung di
event-event komunitas underground Sumatera Utara.
Tidak
mudah untuk mempertahankan sebuah band di masa-masa kritis yang melanda
Kota Tebing Tinggi di era-era itu. Senasib dengan band-band lain,
mereka mesti berhadapan dengan penolakan studio-studio musik yang
memasang plakat larangan bagi band punk maupun grunge untuk berlatih di
studio musik kolot ini. Dan ini bukan satu-satunya kendala.
Keterbatasan pengadaan event juga mereka rasakan sebagai imbas dari
mahalnya tarif gedung hingga proses birokrasi yang seperti benang kusut.
Secara
internal, Stupidzero mesti merombak berulang-ulang formasi dalam
tubuhnya hingga menjadi sebuah band yang solid. Format terkini yakni
berempat-- Ivan Tigabelas gitaris sekaligus vokalis, Oyde pemeran
gitaris, Boy pemain bas, Pudja Rahim di posisi gitar, dan Yudhi pemukul
drum--dimulai tahun 2007 silam yang aktif berkarya hingga saat ini.
Ritme perjalanan hidup band ini membawa mereka berproses menuju apa
yang sebagian orang sebut sebagai pendewasaan. Nanti dulu, warna musik
mereka yang kini bernuansa post rock atau experimental bukan berdasar
kehendak pasar. Seperti yang kubilang tadi, bahwa ini meruoakan bagian
dari proses panjang pergelutan mereka melawan kemonotonan. Dan itu
terjawab dengan karya-kerya yang sepintas lalu beraroma shoegaze dan
noise, yang juga akan kau temui kompleksitas pada lirik-liriknya.
Ivan
Tigabelas, sang vokalis sekaligus si penulis lagu yang menggemari
penyair Chairil Anwar, percaya bahwa sebuah lagu akan hambar tanpa
kekuatan lirik didalamnya. Coba kau simak single "Tiga Kali Lebih
Tenang" yang pernah diikutsertakan dalam kompilasi Total Feedback
vol.VI di Jakarta tahun 2011 silam, atau single berjudul “Aku
Tinggalkan Kau di Pintu Terakhir” di kompilasi Grungee Jumping-Noise
Grunge Compilation tahun 2011. Disitulah akan kau lihat betapa lirik
menjadi roh dalam sebuah lagu, dan tentu saja dengan musikalitas yang
tak kalah kualitasnya.
Selain dua kompilasi yang kusebut
di atas, Stupidzero juga melibatkan single "Tiga Kali Lebih Tenang"
versi remix di kompilasi Asal Malaysia, Gerakan Grunge Bangkit di tahun
2011. Lalu tahun 2012, single yang sama juga tergabung dalam kompilasi
Surabaya, Grunge Indonesia yangmana CD-nya dipaketkan dalam buku
pergerakan subkultur grunge di Indonesia bertajuk "Perjalanan Grunge
Indonesia". Setahun setelahnya, yakni 2012, single "Tidak Sedang Sadar"
dilibatkan dalam Maximum Grunge Compilation dari Kota Bandung.
Berlanjut dengan cover single Nirvana "You Know You're Right" dalam
Indonesian Tribute to Nirvana Compilation di Jakarta, dan single
"Experimentalia Menuju Surga" di Malaysia yang kini dalam proses
penyelesaian.
Kesibukan Stupidzero menggarap full album
telah dimulai sejak 2007 lampau, termasuk video klip untuk single
"Tidak Sedang Sadar". Akhirnya, setelah berkonsentrasi cukup lama,
album Anomalia siap rilis di kisaran Agustus tahun ini. Seluruhnya
berisi 12 track segar yang kesemuanya dimatangkan di Chinese Food
Record milik Ivan Tigabelas di Kota Tebing Tinggi, yang juga akan
dirilis oleh dua label nasional yakni The Drexter asal Kota Depok dan
Erassed Record dari Jakarta.
Album dalam format CD
sebanyak 1.000 copy ini sangat berwarna karena bereferensi dengan
band-band semisal Sigur Ros, Radiohead, Mogwai, Nirvana, Sonic Youth,
Sleep Party People, Placebo, Merzbow, Boris, Blgtz, Bjork, The Doors,
dan tentu saja yang tak terlupakan, Chairil Anwar.
Penulis adalah aktivis media alternatif gratis di skena hardcore punk Kota Palembang, yang tertarik pada urban culture, dadaisme, seni kolase, bir dan radiohead. Saat ini menjadi pewarta ekonomi bagi Majalah Kinerja Bank di Palembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar