Senin, 29 Juli 2013

Stupidzero: Emosi Tanpa Keramaian

Dewa Made Karang Mahardika

 
Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Jaraknya cuma kisaran 80 kilometer dari Kota Medan. Kota tempat pelukis Pak Tino Sidin berasal ini, menyimpan sejarah kelam saat meletusnya kerusuhan di tahun 1998 yang menjalar menjadi isu rasial.  Ah, semoga saja itu semua cukup menjadi pembelajaran dan kiranya traumatis sejarah itu dapat terobati dengan mencicip kelezatan jajanan khas lemang dan kue kacang rajawalinya.

Tak disangka-sangka, di kota perlintasan lalu lalang transportasi antar provinsi ini, gemuruh grunge terdengar hingga kota-kota dan provinsi-provinsi sekitarnya bahkan ke negeri tetangga, Malaysia. Gejalanya terasa di kisaran 1996. Band-band lokal sekira Nirvana dan Sonic Youth bermunculan. Stupid Zero menjadi salah satu yang masih berdiri hingga kini. Mereka terbentuk hampir 15 tahun yang lalu, atau tepatnya 10 Oktober 1997. Dengan meng-cover lagu-lagu dari The Need dan varian Seattle Sound, band ini menjelajah panggung di event-event komunitas underground Sumatera Utara.
Tidak mudah untuk mempertahankan sebuah band di masa-masa kritis yang melanda Kota Tebing Tinggi di era-era itu. Senasib dengan band-band lain, mereka mesti berhadapan dengan penolakan studio-studio musik yang memasang plakat larangan bagi band punk maupun grunge untuk berlatih di studio musik kolot ini. Dan ini bukan satu-satunya kendala. Keterbatasan pengadaan event juga mereka rasakan sebagai imbas dari mahalnya tarif gedung hingga proses birokrasi yang seperti benang kusut.

Secara internal, Stupidzero mesti merombak berulang-ulang formasi dalam tubuhnya hingga menjadi sebuah band yang solid. Format terkini yakni berempat-- Ivan Tigabelas gitaris sekaligus vokalis, Oyde pemeran gitaris, Boy pemain bas, Pudja Rahim di posisi gitar, dan Yudhi pemukul drum--dimulai tahun 2007 silam yang aktif berkarya hingga saat ini. Ritme perjalanan hidup band ini membawa mereka berproses menuju apa yang sebagian orang sebut sebagai pendewasaan. Nanti dulu, warna musik mereka yang kini bernuansa post rock atau experimental bukan berdasar kehendak pasar. Seperti yang kubilang tadi, bahwa ini meruoakan bagian dari proses panjang pergelutan mereka melawan kemonotonan. Dan itu terjawab dengan karya-kerya yang sepintas lalu beraroma shoegaze dan noise, yang juga akan kau temui kompleksitas pada lirik-liriknya.

Ivan Tigabelas, sang vokalis sekaligus si penulis lagu yang menggemari penyair Chairil Anwar, percaya bahwa sebuah lagu akan hambar tanpa kekuatan lirik didalamnya. Coba kau simak single "Tiga Kali Lebih Tenang" yang pernah diikutsertakan dalam kompilasi Total Feedback vol.VI di Jakarta tahun 2011 silam, atau single berjudul “Aku Tinggalkan Kau di Pintu Terakhir” di kompilasi Grungee Jumping-Noise Grunge Compilation tahun 2011. Disitulah akan kau lihat betapa lirik menjadi roh dalam sebuah lagu, dan tentu saja dengan musikalitas yang tak kalah kualitasnya.

Selain dua kompilasi yang kusebut di atas, Stupidzero juga melibatkan single "Tiga Kali Lebih Tenang" versi remix di kompilasi Asal Malaysia, Gerakan Grunge Bangkit di tahun 2011. Lalu tahun 2012, single yang sama juga tergabung dalam kompilasi Surabaya, Grunge Indonesia yangmana CD-nya dipaketkan dalam buku pergerakan subkultur grunge di Indonesia bertajuk "Perjalanan Grunge Indonesia". Setahun setelahnya, yakni 2012, single "Tidak Sedang Sadar" dilibatkan dalam Maximum Grunge Compilation dari Kota Bandung. Berlanjut dengan cover single Nirvana "You Know You're Right" dalam Indonesian Tribute to Nirvana Compilation di Jakarta, dan single "Experimentalia Menuju Surga" di Malaysia yang kini dalam proses penyelesaian.

Kesibukan Stupidzero menggarap full album telah dimulai sejak 2007 lampau, termasuk video klip untuk single "Tidak Sedang Sadar". Akhirnya, setelah berkonsentrasi cukup lama, album Anomalia siap rilis di kisaran Agustus tahun ini. Seluruhnya berisi 12 track segar yang kesemuanya dimatangkan di Chinese Food Record milik Ivan Tigabelas di Kota Tebing Tinggi, yang juga akan dirilis oleh dua label nasional yakni The Drexter asal Kota Depok dan Erassed Record dari Jakarta.

Album dalam format CD sebanyak 1.000 copy ini sangat berwarna karena bereferensi dengan band-band semisal Sigur Ros, Radiohead, Mogwai, Nirvana, Sonic Youth, Sleep Party People, Placebo, Merzbow, Boris, Blgtz, Bjork, The Doors, dan tentu saja yang tak terlupakan, Chairil Anwar.

 

Penulis adalah aktivis media alternatif gratis di skena hardcore punk Kota Palembang, yang tertarik pada urban culture, dadaisme, seni kolase, bir dan radiohead. Saat ini menjadi pewarta ekonomi bagi Majalah Kinerja Bank di Palembang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar