Meski sudah bertahan selama 121 tahun, namun
Banua Oge atau rumah besar raja Palu yang ada di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu
Barat, Kota Palu, masih berdiri kokoh. Konstruksi bangunannya unik, karena
perpaduan rumah adat Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.
Jika Bertamu
Harus Dari Tangga Kiri
Banua Oge atau Banua Mbaso atau Sou Raja ini persisnya dibangun pada
tahun 1892 oleh Yojokodi, raja ke-7 dari Puenggari, raja Palu yang pertama. Banua
Oge yang sekarang berada di wilayah Kelurahan
Lere, dahulu merupakan rumah dari Kerajaan Siranindi, salah satu patanggota
atau kerajaan yang empat di Palu. Untuk menuju lokasinya tidak sulit. Cukup
bertanya kepada warga yang berada di Kelurahan Lere, dekat jembatan empat, atau
warga dari Kelurahan Baru, pengunjung akan diarahkan menuju sebuah rumah bercat
panggung cokelat. Dari depan juga tampak mencolok. Ada pintu gerbang
bertuliskan Cagar Budaya Banua Oge.
Mehdi
Antara (23), turunan ke-5 dari Yojokodi yang ditemui penulis, siang itu. Ia mengatakan pada masanya, Banua Oge merupakan tempat tinggal para raja dan keturunannya
sekaligus pusat pemerintahan Kerajaan Siranindi dalam lingkungan patanggota.
Meskipun sudah berusia seabad lebih, namun fisik bangunan tidak banyak berubah.
Kecuali atap rumah yang kini berganti menjadi seng, dari rumbia.
Menurut
cerita yang sampai kepadanya, rumah ini terakhir dihuni sekitar awal tahun
1970-an. Setelah itu, keluarga bersepakat untuk menjadikan rumah ini sebagai
cagar budaya. Meskipun tak lagi dihuni, namun sejumlah kegiatan keluarga masih
memanfaatkan rumah ini. Seperti saat khitanan anak. “Saya dikhitan di sini
tahun 2000,” katanya ketika ditemui, Selasa (2/7/2013). Ia mengaku sang ibunda dilahirkan di rumah
tersebut pada tahun 1963.
Medi,
sapaan akrabnya, yang sudah tiga tahun terakhir menjadi pemandu Banua Oge, mengatakan segera setelah
rumah tak lagi dihuni keluarga dan masuk dalam cagar budaya, pemeliharaan bangunan langsung menjadi
tanggungan pemerintah. Pemugaran pertama selesai dilakukan pada tahun 1983.
Data
arkeologis menyebutkan, rumah besar
panggung mirip rumah Sulawesi Selatan ini berukuran 32 x 11,5 meter persegi.
Konstruksi tiang-tiang utama adalah kayu
ulin atau kayu besi asal Kalimantan ditambah kayu daerah. Total ada 28 tiang
rumah induk dan gandaria (teras) serta delapan tiang rumah dapur. “Mungkin
orang-orang tua dahulu sudah memikirkan bangunan rumah tidak hanya bertahan
sepuluh atau dua puluh tahun. Makanya kayunya kayu ulin, kayu besi yang tahan
air, rayap,” tukasnya.
Rumah besar Raja Palu, perpaduan Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan |
Secara
umum, Banua Oge adalah rumah panggung
berbentuk pelana. Tangga depan terdiri dari dua, yakni sisi kiri dan sisi
kanan. Sedangkan jumlah anak tangga ganjil.
Menurut Medi, dua tangga utama di depan merupakan simbol dari suami
istri. Untuk naik rumah juga tidak sembarang. Tamu atau penghuni rumah harus
naik dari sisi kiri, kemudian turun dari sisi kanan.
Medi
juga bercerita tentang sejumlah komponen rumah. Selain gandaria, ada tatanga
atau ruang tengah yang berfungsi untuk menerima tamu. Lalu dua kamar, yakni kamar tidur magau atau kamar raja dan kamar keluarga magau. Di atas ruang tengah
ada loteng yang berfungsi dua, yakni tempat menenun dan tempat sementara anak
gadis ketika raja menerima tamu. Di sisi
belakang ada avu atau dapur. Kemudian
satu kamar mandi dan satu wc. Juga ada gampiri atau tempat menyimpan lumbung
padi yang bangunannya terpisah dari rumah utama.
Mengapa
harus panggung? Medi mengatakan karena dahulu rumah masih kurang, rumah sengaja
ditinggikan untuk mencegah banjir atau serangan binatang buas. Memang lokasi
bangunan tidak jauh dari sungai yang memungkinkan hewan seperti buaya sesekali
singgah di darat. Selain itu, dahulu tempat di bawah rumah atau di antara
tiang-tiang rumah dipakai untuk menyimpan alat transportasi raja. Seperti
gerobak dan kuda.
Jika
yang berkunjung adalah tamu formal seperti pejabat, memang ada syarat. Harus terlebih
dahulu menyerahkan sambulu, seperti
pinang, daun sirih dan gambir. Tapi
merujuk pengalaman penulis dan ramahnya pemandu, tidak ada salahnya berkunjung
mengajak keluarga ke Banua Oge.
Mumpung dua hal, anak masih libur sekolah dan gratis. ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar