Alee Kitonanma
Dari lima Istana Kepresidenan di Indonesia, Istana Kepresidenan Bogor
menjadi tempat untuk menenangkan hati para kepala negara Indonesia,
sejak presiden pertama Indonesia, Soekarno, sampai Susilo Bambang
Yudoyono (SBY). Beberapa hari lalu, SBY juga baru saja singgah di Istana
tua nan megah itu.
Istana Kepresidenan Bogor memang memiliki suatu kekayaan budaya yang
menyimpan banyak koleksi presiden pertama Indonesia, Soekarno. Selain
suasana yang sejuk dan nyaman, mungkin karya seni koleksi Soekarno juga
menarik bagi kepala negara Indonesia lainnya untuk menjadikan Istana
Bogor sebagai tempat menenangkan diri. Istana Bogor seperti memberikan
penjelasan tentang sejumlah pertanyaan kita tentang kecintaan Soekarno
terhadap seni dan perempuan.
Hal ini terlihat dari banyaknya lukisan perempuan dalam istana dan
patung perempuan di pekarangan istana yang terletak di Jalan Ir H Juanda
nomor 1 tersebut. Setidaknya, ada sekitar 520 buah lukisan, dan 216
buah patung yang didominasi oleh seni rupa dengan bentuk perempuan.
Semuanya tertata apik dan terawat dengan sangat baik di Istana
Kepresidenan Bogor hingga sekarang.
Dalam perjalanan Tribun Pekanbaru bersama 59 jurnalis se-Indonesia
lainnya, dalam menelusuri Istana Kepresidenan Bogor yang diarahkan oleh
pemandu istana, Cecep Koswara, kami menemukan ragam keindahan dan nuansa
glamour kehidupan dalam istana di masa lalu.
Perjalanan ini menjadi spesial karena rombongan wartawan diberikan
keistimewaan untuk mengunjungi istana, yang seharusnya selama Ramadan
pihak istana tidak menerima kunjungan dari mana pun.
"Kunjungan kali ini menurut kami spesial, karena para wartawan mewakili
setiap provinsi di tanah air. Makanya kami beri keistimewaan,” kata
kepala sub bagian rumah tangga dan protokol Istana Kepresidenan Bogor,
Endang Suwitra saat menyambut kedatangan para wartawan bersama panitia
dan pemateri yang tergabung dalam kelompok Sekolah Jurnalisme Kebudayaan
(SJK) angkatan kedua, akhir pekan lalu.
Penelusuran pertama, kami diajak pemandu untuk memasuki gedung induk
sayap kiri istana. Gedung ini biasanya diperuntukkan bagi para menteri
yang disertai tamu negara. Walau dengan tata ruang yang sederhana, namun
kesan mewah begitu terasa kuat ketika kita sedang berada di ruangan
tersebut.
Salah satu tatanan yang membuat ruangan itu terasa mewah adalah pajangan
lukisan dinding perempuan. Lebih dari 10 lukisan perempuan ada di dalam
ruangan itu tampak klasik dan memiliki nilai seni yang tinggi. Selain
karena yang dilukis adalah orang-orang fenomenal, lukisannya pun dilukis
oleh pelukis-pelukis terkenal, seperti, Basuki Abdullah-yang dilukis-
Selain lukisan sosok perempuan tunggal dalam lukisan, Soekarno juga
banyak mengoleksi lukisan perempuan di alam beserta legendanya.
Misalnya saja lukisan Joko Tarub dan 7 bidadari. Dalam lukisan tersebut
digambarkan, Joko Tarub sedang mencuri selendang Nawang Wulan, salah
satu bidadari, yang sedang mandi di suatu tempat pemandian. Setiap rupa
dilukiskan dengan sangat jeli oleh pelukis, sehingga lukisan tersebut
sangat terasa hidup.
Eksotik warna yang dimainkan pelukis terasa alami. Beningannya air
pincuran, kemolekan tubuh para bidadari yang disiram air pincuran,
uraian rambut bidadari, dan teduhnya tempat pemandian oleh
tumbuh-tumbuhan terasa membawa orang yang menikmatinya masuk dalam
suasana lukisan itu.
"Bapak (Soekarno) memang suka dengan lukisan dan patung perempuan. Tapi
jangan diartikan ini sebagai pornografi. Namun lihatlah dengan kacamata
seni," ujar Cecep saat memandu wartawan berkeliling ruangan dalam gedung
melihat koleksi Soekarno.
Ada lagi lukisan karya KE Makowsky, yang dibuat pada tahun 1881. Lukisan
ini dihadiahkan kepada Soekarno oleh kepala negara Uni Soviet, Bosilov,
yang sekarang negaranya berubah nama menjadi Rusia. Lukisan yang
berjudul Pesta Pengantin itu dipasang dalam ruang baca, dan memiliki
ukuran yang cukup besar. Dalam lukisan tersebut digambarkan tentang
suasana kemeriahan sebuah pesta perkawinan seorang putri.
Uniknya, lukisan tersebut memiliki daya tarik yang kuat. Saat kita
melihatnya, pancaran cahaya yang ada dalam lukisan seolah memancar
sampai ke luar. Sehingga tidak sedikit para wartawan yang menyaksikan
lukisan tersebut mengaku bulu romanya berdiri, tapi bukan karena takut,
melainkan karena takjub.
"Wah, ini lukisan tidak sekedar hidup ya, sulit kalau disampaikan dengan
kata-kata," ujar Bambang, salah seorang reporter dari harian Analisa,
Medan, sambil matanya terus memperhatikan lukisan 3 dimensi tersebut.
Selain lukisan Pesta Pengantin, juga ada lukisan yang berukuran sama,
dengan judul Bercinta di Sorga. Sayangnya lukisan tersebut tidak
dipajang di ruangan, tapi disimpan di museum, karena pengelola istana
cemas, pengunjung akan berpendapat kalau lukisan tersebut mengandung
unsur pornografi.
"Beberapa tahun lalu kami dengan bu Mega memperbaiki lukisan dua
lukisan, Pesta Pengantin dan Bercinta di Sorga untuk mengeluarkan
warnanya kembali. Bu Mega mendatangkan tiga pelukis ternama dari luar
negeri, dan untuk dua lukisan ini menghabiskan dana Rp 2 miliar," ulas
Cecep.
Selain itu, di luar ruang baca Soekarno, cecep juga memperkenalkan ruang
nonton Soekarno. Ibarat layar tancap, ruangan lepas itu pun sering
disulap menjadi bioskop mini oleh Soekarno. Selain bersama keluarganya,
Soekarno juga sering mengundang kepala negara dan tamu-tamu dari luar
negri untuk menonton film di ruangan itu.
"Bapak memang tidak suka dengan Barat. Tapi kalau untuk film, beliau memang lebih suka film barat," tutur cecep.
Tidak habis sampai di situ saja, masih banyak lagi koleksi Soekarno
lainnya, yang memberikan gambaran, bahwa dulunya di Istana Bogor
kehidupan glamour begitu kental. (***)
Bernama asli Alex Sander, namun lebih populer dengan nama Alee Kitonanma, penulis adalah wartawan Tribun Pekanbaru, pemuda asal Payakumbuh yang menyukai sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar