Senin, 29 Juli 2013

Glamour Kehidupan Istana Kepresidenan Masa Lalu

 Alee Kitonanma


Dari lima Istana Kepresidenan di Indonesia, Istana Kepresidenan Bogor menjadi tempat untuk menenangkan hati para kepala negara Indonesia, sejak presiden pertama Indonesia, Soekarno, sampai Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Beberapa hari lalu, SBY juga baru saja singgah di Istana tua nan megah itu.

Istana Kepresidenan Bogor memang memiliki suatu kekayaan budaya yang menyimpan banyak koleksi presiden pertama Indonesia, Soekarno. Selain suasana yang sejuk dan nyaman, mungkin karya seni koleksi Soekarno juga menarik bagi kepala negara Indonesia lainnya untuk menjadikan Istana Bogor sebagai tempat menenangkan diri. Istana Bogor seperti memberikan penjelasan tentang sejumlah pertanyaan kita tentang kecintaan Soekarno terhadap seni dan perempuan.

Hal ini terlihat dari banyaknya lukisan perempuan dalam istana dan patung perempuan di pekarangan istana yang terletak di Jalan Ir H Juanda nomor 1 tersebut. Setidaknya, ada sekitar 520 buah lukisan, dan 216 buah patung yang didominasi oleh seni rupa dengan bentuk perempuan. Semuanya tertata apik dan terawat dengan sangat baik di Istana Kepresidenan Bogor hingga sekarang.

Dalam perjalanan Tribun Pekanbaru bersama 59 jurnalis se-Indonesia lainnya, dalam menelusuri Istana Kepresidenan Bogor yang diarahkan oleh pemandu istana, Cecep Koswara, kami menemukan ragam keindahan dan nuansa glamour kehidupan dalam istana di masa lalu.

Perjalanan ini menjadi spesial karena rombongan wartawan diberikan keistimewaan untuk mengunjungi istana, yang seharusnya selama Ramadan pihak istana tidak menerima kunjungan dari mana pun.

"Kunjungan kali ini menurut kami spesial, karena para wartawan mewakili setiap provinsi di tanah air. Makanya kami beri keistimewaan,” kata kepala sub bagian rumah tangga dan protokol Istana Kepresidenan Bogor, Endang Suwitra saat menyambut kedatangan para wartawan bersama panitia dan pemateri yang tergabung dalam kelompok Sekolah Jurnalisme Kebudayaan (SJK) angkatan kedua, akhir pekan lalu.

Penelusuran pertama, kami diajak pemandu untuk memasuki gedung induk sayap kiri istana. Gedung ini biasanya diperuntukkan bagi para menteri yang disertai tamu negara. Walau dengan tata ruang yang sederhana, namun kesan mewah begitu terasa kuat ketika kita sedang berada di ruangan tersebut.

Salah satu tatanan yang membuat ruangan itu terasa mewah adalah pajangan lukisan dinding perempuan. Lebih dari 10 lukisan perempuan ada di dalam ruangan itu tampak klasik dan memiliki nilai seni yang tinggi. Selain karena yang dilukis adalah orang-orang fenomenal, lukisannya pun dilukis oleh pelukis-pelukis terkenal, seperti, Basuki Abdullah-yang dilukis-
Selain lukisan sosok perempuan tunggal dalam lukisan, Soekarno juga banyak mengoleksi lukisan perempuan di alam beserta legendanya.

Misalnya saja lukisan Joko Tarub dan 7 bidadari. Dalam lukisan tersebut digambarkan, Joko Tarub sedang mencuri selendang Nawang Wulan, salah satu bidadari, yang sedang mandi di suatu tempat pemandian. Setiap rupa dilukiskan dengan sangat jeli oleh pelukis, sehingga lukisan tersebut sangat terasa hidup.

Eksotik warna yang dimainkan pelukis terasa alami. Beningannya air pincuran, kemolekan tubuh para bidadari yang disiram air pincuran, uraian rambut bidadari, dan teduhnya tempat pemandian oleh tumbuh-tumbuhan terasa membawa orang yang menikmatinya masuk dalam suasana lukisan itu.

"Bapak (Soekarno) memang suka dengan lukisan dan patung perempuan. Tapi jangan diartikan ini sebagai pornografi. Namun lihatlah dengan kacamata seni," ujar Cecep saat memandu wartawan berkeliling ruangan dalam gedung melihat koleksi Soekarno.

Ada lagi lukisan karya KE Makowsky, yang dibuat pada tahun 1881. Lukisan ini dihadiahkan kepada Soekarno oleh kepala negara Uni Soviet, Bosilov, yang sekarang negaranya berubah nama menjadi Rusia. Lukisan yang berjudul Pesta Pengantin itu dipasang dalam ruang baca, dan memiliki ukuran yang cukup besar. Dalam lukisan tersebut digambarkan tentang suasana kemeriahan sebuah pesta perkawinan seorang putri.

Uniknya, lukisan tersebut memiliki daya tarik yang kuat. Saat kita melihatnya, pancaran cahaya yang ada dalam lukisan seolah memancar sampai ke luar. Sehingga tidak sedikit para wartawan yang menyaksikan lukisan tersebut mengaku bulu romanya berdiri, tapi bukan karena takut, melainkan karena takjub.

"Wah, ini lukisan tidak sekedar hidup ya, sulit kalau disampaikan dengan kata-kata," ujar Bambang, salah seorang reporter dari harian Analisa, Medan, sambil matanya terus memperhatikan lukisan 3 dimensi tersebut.

Selain lukisan Pesta Pengantin, juga ada lukisan yang berukuran sama, dengan judul Bercinta di Sorga. Sayangnya lukisan tersebut tidak dipajang di ruangan, tapi disimpan di museum, karena pengelola istana cemas, pengunjung akan berpendapat kalau lukisan tersebut mengandung unsur pornografi.

"Beberapa tahun lalu kami dengan bu Mega memperbaiki lukisan dua lukisan, Pesta Pengantin dan Bercinta di Sorga untuk mengeluarkan warnanya kembali. Bu Mega mendatangkan tiga pelukis ternama dari luar negeri, dan untuk dua lukisan ini menghabiskan dana Rp 2 miliar," ulas Cecep.

Selain itu, di luar ruang baca Soekarno, cecep juga memperkenalkan ruang nonton Soekarno. Ibarat layar tancap, ruangan lepas itu pun sering disulap menjadi bioskop mini oleh Soekarno. Selain bersama keluarganya, Soekarno juga sering mengundang kepala negara dan tamu-tamu dari luar negri untuk menonton film di ruangan itu.

"Bapak memang tidak suka dengan Barat. Tapi kalau untuk film, beliau memang lebih suka film barat," tutur cecep.

Tidak habis sampai di situ saja, masih banyak lagi koleksi Soekarno lainnya, yang memberikan gambaran, bahwa dulunya di Istana Bogor kehidupan glamour begitu kental. (***)



Bernama asli Alex Sander, namun lebih populer dengan nama Alee Kitonanma, penulis adalah wartawan Tribun Pekanbaru, pemuda asal Payakumbuh yang menyukai sastra.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar