Sebagai penyair muda, Frans Ekodhanto Purba semakin menunjukan eksistensinya dalam dunia
kepenyairan di Indonesia. Ia berhasil merampungkan kumpulan puisi tunggal berjudul
“Kelana Anak Rantau”.
Buku yang memuat 62 puisi itu terdiri dua bab. Bab pertama bertajuk Mazmur Perjalanan berisi 32 puisi, dan
bab kedua (Hikayat Kehidupan) berisi
30 sajak. Semua sajak dibuat dalam kurun waktu 2010-2013 dan tempat penulisan
yang berbeda-beda.
“Kelana Anak Rantau” adalah buku puisi tunggal pertamanya. Frans mencoba
untuk tak menyebutkan tempat pembuatan puisi. Pasalnya, ia tak mau mengikuti
kebanyakan penyair yang selalu menonjolkan lokasi penulisan sebagai sebuah ‘kesombongan’
atau ‘keakuan’ penyair. Ia mengubah semua tempat dengan sebuatan ‘Kereta
subuh’.
“Saya membebaskan kepada setiap orang untuk menapsir karya saya secara
bebas. Dalam puisi-puisi, saya banyak berbicara tentang perjalanan hidup. Sebuah
kelana akan menjadi sebuah pengembaraan untuk mencapai sebuah tujuan akhir,”
ujar Frans dalam sebuah perbincangan bersama beberapa wartawan kebudayaan di
Plaza Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2013).
Frans lahir di Desa Sei Suka Deras, Sumatra Utara (Sumut), 8 Juli 1986. Berasal
dari keluarga sederhana, tumbuh dan besar di Medan, ibu kota Sumut. Menamatkan pendidikan
di program S1 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat (lulus 2010).
Ia mulai mengenal dan menyukai puisi semasa sekolah menengah pertama,
kemudian memantapkannya di bangku perkuliahan dan organisasi-organisasi
kemahasiswaan. Semasa kuliah, sajak-sajaknya pernah termaktub dalam sejumlah media
massa lokal (daerah) dan nasional.
“Semua pengalaman yang saya alami, saya tuangkan dalam puisi-puisi. Ada
tentang cinta, kritik sosial, dan kerinduan akan ibu di kampung halaman sana,”
jelas lelaki yang bekerja sebagai wartawan seni dan budaya di Koran Jakarta itu.
Bicara sajak
Membicarakan Frans, tak bisa dipisahkan soal proses kreatif dan perjalanan
hidupnya yang sedikit banyaknya
tercermin pada larik, metafor, dan makna sajaknya. Secara harfiah, kata ‘Kelana’ dapat diartikan sebagai sebuah perjalanan
atau pengembaraan seseorang pada tempat-tempat tertentu, seperti ke negeri
orang atau ke kampung yang baru. Sedangkan kata ‘Rantau’ dapat diterjemahkan
sebagai pencarian. Pencarian atas kehidupan, masa depan, harapan, tempat
tinggal, serta pencarian-pencarian lainnya.
Dengan kata lain, sajak-sajak Frans yang terkumpul dalam buku puisi
"Kelana Anak Rantau" ini merupakan suatu perjalanan yang terus
melakukan pencarian yang tak berkesudahan.
Perjalanan yang tak tahu kapan sampainya. Pencarian yang tau tahu kapan
temunya. Namun di dalam melakukan kelana tersebut, Frans kerap menemukan
hal-hal yang lumrah atau bahkan baru saja ditemukan. Tak hanya itu, ketika
melakukan pengelanaan, Frans tak jarang bertemu dengan simpang-simpang mimpi,
harapan, kegelisahan, keresahan/kecemasan bahkan kerinduan yang tak habis-habis
tentang segala hal. Tak mengherankan, jika membaca kumpulan buku puisinya, pembaca
dipertemukan dengan tema-tema cinta dan kerinduan dalam arti yang luas.
Helatan peluncuran
Buku puisi “Kelana Anak Rantau” ini
akan diluncurkan dan dibedah di Galeri
Cipta III, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, pada Jumat,
30 Agustus 2013, pukul 16.00 WIB
sampai selesai.
Rencananya, Bambang Subekti (Pimpinan PKJ
TIM) dan Radhar Panca Dahana (budayawan) akan membuka acara tersebut. Lalu,
akan dibedah oleh dua pembicara Hanna Fransisca (penyair) dan Damhuri Muhammad
(cepenis/esais), serta moderator Renggi Putrima
(penari dan penikmat sastra).
Sederet seniman akan turut meramaikan dengan berbagai pementasan. Mereka
adalah penampilan musikalisasi puisi oleh Iwan Kurniawan (penyair/wartawan),
Vukar Lodak (pemusik dan pengamat seni rupa), dan Teater Ghanta UNAS.
Lalu, pembacaan puisi Asrizal Nur (penyair/pembaca puisi multimedia), Sihar Ramses Simatupang (penyair/wartawan),
Jose Rizal Manua (penyair/teaterawan), Nana Riskhi Susanti (penyair/wartawan), Andi Bersama (teaterawan), Fermana Manaloe (teaterawan),
Idris Brandy (pelukis), Patrick Wowor (pelukis), Syahnagara Ismail (pelukis), Sri Warso Wahono (pelukis), dan performance
sketsa Toto BS, serta penampilan-penampilan memukau lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar