Minggu, 04 Agustus 2013

Membaca Gejala dan Fenomena Seni Tutur Besemah

 Dewa Made Karang Mahardika



Foto: Google


Sebuah bangsa pasti menaruh sekarung harapan di pundak para pemudanya, untuk melestarikan budaya yang kian hari makin menghilang diuji zaman. Tinggal saja, bagaimana pemuda-pemuda itu menyikapinya: sebagai sebuah kerelaan atau beban yang memegalkan pundaknya.


Kearifan Lokal Versus Lady Gaga

Leluhur masyarakat Pagaralam di Sumatera Selatan mewariskan banyak kearifan lokal yang tersurat dalam seni tutur Besemah dan rerantingnya. Lihatlah, tutur dalam Tangis Ayam atau Berimbai, menjadi cermin bagaimana sebuah individu dapat berbagi kesedihan dan kepedihan bersama kolektifnya, mengajarkan kebersamaan yang kini banyak ditinggalkan. Lalu melalui Geguritan, seni tutur mengajak masyarakat mentauladani semangat heroisme pejuang-pejuang kemerdekaan melalui nada dan syair.

Kemudian, selain agama, moral masyarakat terbentuk oleh baik dan buruk yang ditentukan oleh mayoritas dalam bentuk norma-norma yang termedia dalam pelbagai bentuk. Syiar agama merupakan panduan sejati untuk menghapus dekadensi imoralitas yang kian merangsek. Seni tutur Tadut, menjadi salah sekian pilihan syiar yang layak untuk dikembangkan, karena, selain kearifan yang lekat dengan masyarakat lokal, ia juga mempersuasi dengan gaya bahasa yang dekat dengan keseharian masyarakat.

Mempertahankan petuah dalam bentuk cerita yang dituturkan pada zaman seperti sekarang ini membuat kita skeptis. Masyarakat khususnya muda-mudi dunia modern, adalah mereka yang hidup dalam bayang-bayang konsumerisme yang membuat imej—sahabat karib gengsi—menjadi sesuatu yang didamba di era kapitalistik seperti saat ini. Degup house music orgen tunggal dan penampilan band-band alay lebih menyita perhatian paramuda. Dan ini lumrah terjadi di dunia tontotan dengan embel-embel kultur popnya. Ketradisionalan dinilai sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman dan tidak bergengsi. Mendengar seni tutur akan dianggap kalah gengsi dibanding mendengar Lady Gaga atau grup musik Noah—sebuah kondisi yang menimbulkan tanya; naif atau tidakkah memaksa kaum muda untuk kembali ke khasanah kesenian peninggalan para pendahulunya.
                
Berdamai dengan Arus Pop

Menjadikan kesenian tradisional bagian dari mata pelajaran di sekolah ternyata tidak terbukti mujarab. Peserta didik tidak mengapresiasinya secara sadar, tetapi lebih karena kewajiban yang melelahkan jiwa. Contoh yang tidak jauh berbeda adalah ketika pemerintah coba mempopulerkan lagu tradisional Irian Jaya Sajojo melalui senam irama yang wajib diterapkan di sekolah dan instansi-instansi. Semangatnya sempat terasa cukup lama, walau lambat laun juga mulai hilang dari ingatan. Inilah yang terjadi bila seni budaya diapresiasi melalui sistem indoktrinasi, bukan karena kesadaran yang timbul dari kesukaan. Karena hakekatnya, seni tidak bisa dilepaskan dari dunia entertain, sesuatu yang menghibur.

Di era penyebaran Islam di Pulau Jawa sekian abad lampau, Sembilan Wali menggunakan metode dakwah dengan cara merasup ke dalam lokalitas, memasukkan unsur-unsur islami melalui kesenian masyarakat yang masih terpengaruh kebudayaan Hindu termasuk seni perwayangan. Kiat ini sangat relevan juga terbukti ampuh, dikarenakan kondisi sebagian besar masyarakat pada waktu itu yang buta aksara sehingga hanya mampu menangkap informasi secara verbal dan visual.

Konsep yang digunakan Sembilan Wali ini bisa dijadikan teladan untuk melestarikan seni tutur Besemah. Cara yang mungkin adalah, dengan mengemas seni tutur menjadi lebih pop—mengombinasinya dengan unsur-unsur modernitas—tanpa menghilangkan akar budaya dan pesan yang ingin disampaikan. Sehingga seni tutur akan mencapai keidealannya sebagai sebuah pesan: diterima, dan diaplikasikan oleh penerimanya.

Di era sekarang, masyarakat menggemari televisi. Tren apapun bisa tercipta dari media satu ini. Menayangkan ketoprak, lenong, seni wayang orang modern dan atau persindenan di televisi,  merupakan langkah konkret yang terbukti cukup sukses membuat khalayak mengenal dan mengingat kesenian-kesenian tradisional.  Popularitas juga merupakan hal yang tidak kalah penting. Menggaet kalangan selebritas yang menjadi idola banyak orang untuk mempopulerkan seni tutur bisa menjadi salah satu cara yang patut dicoba, meski tentu saja dengan pembiayaan yang tidak sedikit. Biarlah industri media yang mengemasnya sedemikian rupa, bahkan meski untuk masuk ke dalam situ mesti melunturkan idealisme, karena bisa apa kita selagi belum memiliki alternatif yang tepat?

Merunut apa yang pernah dikatakan oleh aktivis gerakan antiseni Dada, Guy Debord, dunia spektakuler memisahkan penonton (khalayak) dan apa yang ditonton (seni) oleh keberadaan panggung (media). Tidak ada interaksi dan komunikasi di antara keduanya, berimplikasi pada kepasifan publik. Upaya melestarikan seni tutur  dapat berkaca dari sini, yakni dapat lebih interaktif tidak sebatas di panggung pertunjukkan even festival seni budaya daerah, tapi pasca dari itu, melalui berbagai kampanye masif yang melibatkan gugus seniman, media, pemerintah bahkan masyarakat itu sendiri.
                                   
Apa yang dikatakan oleh ahli strategi dari negeri Cina, Tsunzu, ada benarnya bahwa bertahan adalah awal dari kekalahan. Untuk meregenerasi sebuah seni dan budaya, harus sudah melampaui upaya tahan-pertahankannya yang sudah seringkali dilakukan. Benteng pertahanan penggiat seni tutur—yang bertahan dengan kuantitas yang semakin menyurut—akan rontok bila tidak segera melakukan ‘serangan’ menembus kultur pop, dengan membalik sisi hulu menjadi sisi hilir: meningkatkan jumlah penikmat, bukan penggiat. Sehingga—meski belum tentu berbuah manis—kesemarakkan yang hadir di kalangan penikmat kelak melahirkan penggiat-penggiat seni tutur Besemah yang baru.




Penulis berdomisili di Kota Palembang, merupakan aktivis skena hardcore punk dan pemerhati youth urban culture—budaya pemuda perkotaan.

                                                                                                           

1 komentar:

  1. Bally's Casino Resort WV - WebJAR
    The Bally's is one of the only casinos in the state to reopen 논산 출장샵 its doors 파주 출장마사지 as 강릉 출장안마 sports betting 파주 출장샵 became available 제주도 출장마사지 Bally's Casino Resort - WV

    BalasHapus