Ina Kaka
Pagi kami kehilangan mataharinya
Gemeletuk dingin bertahta meski terik siang menjalar
Keluh tidak ada guna
Senyum saja terus diulas
Sudut mata adalah saksi sia-sia
Seperti pagi ini
Pukul sebelas kala pagi menjelang siang
Ibu adalah lagi-lagi pengurai kata penghiburan
Pencipta tawa sekitar yang dengar
Aku, adik-adik dan anak tetangga
Pukul sebelas kala pagi menjelang siang
Ada tangis dalam hela nafas tawa ibu
Harga beras naik
Harga ikan naik
Harga sayur naik
Harga telur naik
Minyak goreng juga naik
Pukul sebelas kala pagi menjelang siang
Ada tangis dalam hela nafas tawa ibu
Sekolah dasar gratis hanya slogan
Berobat murah tak mujarab obatnya
Tawa kami diselingi tarikan ingus
Celoteh kami berirama serak batuk kering
Canda kami terucap dalam keroncongan perut
Kami jelata berkicau seperti meracau
Bertutur angan yang mustahil
Kenyang di tanah sendiri
Bagi jelata
Sejahtera itu mimpi
INA KAKA, 6/3/139 am, serambi pastoran Atmajaya-Jakarta
Ina Kaka, mahasiswi Institut Kesenian Jakarta yang menaruh minat pada puisi dan seni pertunjukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar